Let's Act

ACT.id

Minggu, 12 Juni 2016

PRIA IKAN ASIN

By : Tiara Permata Sari (Ala_Tiara)



“Ibu-ibu, bapak-bapak, siapa yang punya anak bantu aku, kasihani aku, tolong carikan diriku kekasih hatiku siapa yang…..” Sambil menggelengkan kepalanya Hilman menikmati nada dering handphonenya sejenak sebelum ia mengangkat teleponnya.
“Hallo Gus, ada apa bro?”
“Man, rencananya gue mau liburan di rumah loe. Gimana boleh gak?”
“Gimana yah….kalo gue sih boleh-boleh aja tapi kayaknya engkong gue bakalan ngusir loe bro. Loe kan tau engkong gue pernah ditolak Oca, jadi dia masih sakit hati.”
“yeee, itumah engkong loe nya aja yang genit. Tua-tua serigala! Hahaaa. Yaudah kalo gitu gue, loe sama si Oca liburan di villa bokap gue aja ya di Bogor.”
“Assiikkk…dinginnn dong, Oke fix.”

Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk menghabiskan liburan semester bersama, maklum bentar lagi mau diwisuda. Pertemanan Hilman, Oca dan Agus memang sudah berjalan cukup lama sekitar 3 tahun. Oca dan Hilman memang sudah berteman sejak kecil, karena mereka berada di kampung yang sama, dan baru mengenal Agus sejak pertama masuk kuliah. Karena sering bersama, tak disangka Oca dan Agus saling menyayangi dan pergi meninggalkan Hilman bersama status jomblo nya. Namun status tersebut tidak membuat ambisi Hilman untuk menjadi seorang juragan ikan asin kandas.

“hmmm…pagi ini cerah sekali.” Sambil membuka jendela, Hilman menatap langit dengan wajah berseri.
“Oke. Saatnya liburan!!” lanjutnya.

Seusai mandi dan mengepack pakaiannya, ia tidak pernah lupa untuk berdiri di depan cermin terlebih dulu, membiarkan lengannya bergerak merapihkan rambut ikalnya secara bersamaan. Kini rambut ikal tersebut sudah terlihat seperti mie yang siap ditiriskan, karena ia memakai gel rambut yang nyatanya kurang mempan membuat rambutnya agar mengikuti jalan lurus, hehee. Walaupun begitu Hilman sangat apik membuat dirinya terlihat rapih, dengan gayanya yang simple karena hanya mengenakan kaos dan celana jeans seperempat lebih (bisa dibilang sih celana ngatung. Heehee), ia menuju mobil Agus yang sejak 30 menit yang lalu memang sudah terparkir di depan rumahnya.

“engkong Oca mau pamit ya, sekalian ajak Hilman juga untuk liburan bareng di Bogor” Oca menghampiri engkong yang dari tadi menatap Agus dari depan pintu.
“iya Ca, hati-hati ya. Jangan lupa kabarin engkong.” Raut wajah engkong langsung berubah, tatapan elangnya pada Agus kini terlihat berkaca-kaca.
“kong, astaga inget umur dong. Yaudah Hilman pergi dulu, ayo Ca.” Hilman segera melepaskan lengan Oca yang sedang di pegang engkong.

Setelah menempuh setengah perjalanan tak disangka hujan turun, udara di dalam mobil terasa semakin dingin. Saat-saat seperti ini memang nyaman, hingga ingatan Hilman terbawa pada satu kejadian yang tidak akan pernah ia lupakan. Suatu peristiwa yang semakin memantapkan ambisinya agar dapat terwujud. Ingatan sore hari di pinggir pantai bersama sesosok pria, dengan jaring dan perahunya.

“Bapak, mau kemana? Sekarangkan lagi gerimis”
“mau ngejala ikan dulu nak, bapak pasti bakal bawain ikan asin yang banyak buat kamu.”
“Hilman mau ikut, pokoknya ikut!”
“gak boleh, hari sudah hampir malam gak baik untuk kesehatan kamu. Udah biar bapak aja yang ngambil ikannya, kamu jagain ibu saja di rumah.”
“Bapak….bapak…..bapak…!!!” tangis nya pecah diiringi oleh hujan gerimis yang semakin deras. 

Perasaan kehilangan dan pedih itu lantas hingga membuatnya terbangun dan terperanjak dari tempat duduknya. Ulahnya tersebut membuat Agus yang berada disampingnya ikut kaget dan merasa khawatir dengan keadaan temannya tersebut.

Karena kejadian tadi, mereka menghentikan perjalanan sejenak dan mencoba untuk menenangkan Hilman yang masih terlihat sedih. Oca merasa kasihan dengan keadaan Hilman yang sudah jauh berbeda dengan Hilman yang dulu ia kenal. Hanya satu yang tetap dan tidak berubah, yaitu kebaikan hatinya yang tulus kepada setiap orang. Bahkan dulu semasa mereka masih duduk di bangku SMP, Oca sempat menyukai Hilman dengan sikapnya yang manja, pemalu dan cengeng tapi sayang ia tidak menyukai wanita lain selain ibunya. Mengetahui itu Oca mengurungkan niatnya karena tidak ingin hatinya terluka dengan keputusan Hilman, dan lebih memilih untuk menjadi sahabatnya saja.

“Man, loe udah baikan? Kita lanjut lagi ya perjalanannya, udah hampir nyampe kok.” Ucap Agus.
“oke. Gue gak kenapa-kenapa kok.”
Akhirnya mereka sampai di villa, untunglah hujan sudah semakin reda. Pemandangan sekitar villa sangat indah, banyak sekali pepohonan yang rindang dan segar terkena percikan air hujan. Kabut yang menutupi atas pepohonan dan pegunungan semakin menambah kesegaran suasana di villa. Mereka lantas berfoto ria dengan mengenakan tongsis (tongkat narsis) karena senang.
“ayooo…satu, dua, tiga….cekrekk”

Sudah seminggu mereka lalui bersama, kebersamaan seperti ini malah membuat hati semakin tidak rela jika suatu saat setelah wisuda mereka harus menjalani hidupnya masing-masing, dan berjuang menggapai mimpi. Bahkan mungkin mereka akan sangat jarang berkumpul bersama seperti ini lagi. Masing-masing dari mereka bertiga menyadari hal itu, oleh karenanya liburan kali ini akan menjadi liburan paling menggembirakan. Apalagi Oca dan Agus sudah merencakanan sesuatu untuk Hilman.

“Ca, si Hilman kemana?” Tanya Agus yang sudah dari tadi mencari Hilman.
“katanya dia mau olahraga, mungkin lagi lari-lari kecil sekitar sini. Kenapa?”
“gue udah nemu cewek idamannya Hilman, Ca. mau liat gak?”
“serius…siapa? mana?”

Melihat wanita pilihan Agus, Oca malah tidak yakin bahwa Hilman akan menyukai wanita itu. Terlebih wanita dengan nama Stefani bagitu glamour dan berbeda jauh dengan Hilman, Oca kini malah merasa cemas setelah melihat banyak sekali pria yang ingin bersama Stefani. Ia takut hati Hilman tersakiti, ia tidak ingin sahabatnya itu merasakan kecewa lagi. Cukup dengan ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Meskipun begitu Oca tidak bisa menghentikan pertemuan Hilman dengan Stefani terjadi, karena Agus merasa sangat yakin dapat membuat Hilman senang.

“Hilman sini! Sini!” lengan Agus melambai memberikan isyarat agar Hilman segera mendekat.
“ada apa sih Gus?” ucap Hilman sambil terus menggerakan kakinya.
“astaga Man, loe tuh yah gak dimana-mana keringetnya ngocor terus. Padahal disini dingin, dasar ikan asin.” Agus segera membawa Hilman ke dalam villa.
“wajar dong, gue kan abis olahraga.” Sangkal Hilman.
“iyasih, tapi gak segitunya juga Man. Loe kayak mandi keringet, tinggal dijemur dibawah matahari, hahahaa.” Ledek Oca yang tidak tahan melihat tingkah sahabatnya itu.

Di dalam villa, Agus menceritakan mengenai Stefani pada Hilman. Dan tak disangka ia sangat ingin bertemu dengan Stefani, wanita impiannya. Karena setidaknya saat acara wisuda berlangsung, tidak hanya engkong saja yang menemaninya namun ada seorang yang special baginya ikut menghadiri dan menunggunya saat acara wisuda. Hilman yang menginginkan hal itu lantas menurut saja apa kata Agus. Pertemuan pertama berjalan sukses, bagitupun dengan pertemuan-pertemuan mereka yang lain. Sikap humor seorang Hilman mampu memecah tawa Stefani yang membuat iri beberapa pria yang juga sedang mendekatinya. Lambat laun pria-pria itu menyerah pada Hilman dan melepaskan Stefani. Walaupun mereka belum resmi jadiian tapi mereka selalu menghabiskan waktu bersama, hal inilah yang membuat hati Hilman tidak tenang.

“Man, besok malem kita pergi lagi yah.” Ajak Stefani sambil merangkul lengan Hilman.
“iya.”
“kamu tau gak Man, entah kenapa aku malah milih kamu untuk ada disamping aku saat ini. Padahal dibandingkan dengan teman-temanku di Inggris dan pria yang tempo hari selalu mengejar ku, kamu kalah telak Man. Heheee…tapi aku merasa nyaman setiap kali ada di samping kamu, kamu juga lucu dan selalu membuat aku tertawa. Thanks. Bye..bye…see you” wajah Stefani memerah dan ia lekas pergi menuju villa, meninggalkan Hilman sendiri.

Mendengar itu, Hilman merasa bingung. Ada perasaan bahagia, sedih, dan takut yang bercampur dihatinya saat ini. Hilman teringat dengan sahabat-sahabatnya, bukankah tujuannya berada disini adalah untuk berlibur dan menghabiskan waktu bersama sebelum acara wisuda berlangsung. Lagipula sekarang yang lebih penting bukanlah mencari pasangan, tapi ia harus bisa mewujudkan mimpinya terlebih dulu, mimpi yang mungkin tidak dapat Stefani terima. Memikirkan hal itu Hilman pun tak sampai hati kalau ia harus berpisah dan membuat Stefani menangis. Memang selama ini Hilman yang berada dihadapan Stefani adalah sosok palsu, ia berlagak bagaikan orang berkelas dan sangat popular. Semua dimulai dengan kebohongan dan tidak baik bila dilanjutkan, pikirnya.

“gue mau pulang ke rumah engkong.” Sesampainya di villa Hilman mengatakan itu.
“apa Man? Loe ada masalah sama Stefani? Kan bisa diselesaikan dengan baik-baik, jangan seperti ini” Agus mendekati Hilman yang berdiri di pintu dan mencoba menenangkannya.
“apanya yang baik-baik, dari awal gue udah berbohong pada Stefani. Gue berusaha untuk menjadi diri gue yang lain dan meninggalkan Hilman yang sesungguhnya. Sekarang yang paling penting adalah kalian, mimpi-mimpi yang ingin gue capai, dan engkong. Bahkan Hilman yang selama ini loe kenal itu bukan gue, itu orang lain, orang yang sedang melampiaskan kesakitan dan kesepiannya.” Hilman tak dapat menahan tangis, ia mengepaskan lengan Agus yang hendak mendarat di bahunya dan pergi menuju kamar.
“Man..gue gak maksud bikin loe untuk jadi orang lain. Maafin gue man, gue nyesel. Maaf!!”

Melihat kejadian tersebut Oca merasa sangat sedih, dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia paham betul apa yang sedang dirasakan oleh kedua sahabatnya tersebut. Walaupun Agus adalah kekasihnya namun hubungan mereka berjalan sama halnya seperti pada Hilman, tidak ada perbedaan pendekatan dengan keduanya jadi ia tahu maksud perbuatan yang mereka lakukan. Oca hanya bisa menangis dan menangis. Sedangkan Agus masih terpaku dan menyalahkan dirinya, walaupun sebenarnya ia merasa bingung dengan apa yang dikatakan Hilman barusan. Apanya yang palsu? Kenapa? Apa ada hal yang tidak aku ketahui? Seperti itulah pikiran Agus saat ini. Akhirnya Oca menceritakan masa lalu Hilman pada Agus, berharap kekasihnya tersebut dapat memaklumi sikap Hilman tadi.

“Ca, sebenarnya ada apa sih? Apa maksud Hilman tadi?” Agus mendekati Oca yang sedang menangis di sofa.
“sebenarnya dulu Hilman bukanlah orang seperti yang kita kenal sekarang ini, ia lugu, cengeng, pemalu, dan manja. Apa kamu percaya? Namun semenjak kejadian itu, ia mulai berubah. Kejadian dimana saat bapaknya meninggalkan dia untuk selamanya, waktu itu umurnya baru 8 tahun. Bapaknya Hilman hilang terbawa arus ombak di laut saat terjadi badai, sebelum mengetahui hal itu Hilman memberitahuku bahwa bapaknya akan membawa ikan asin yang banyak sekali untuknya. Dan dia bisa menjadi seorang juragan ikan asin. Lucu bukan, kau tahu ia mengatakan itu dengan penuh semangat dan senyuman yang lebar. Namun itu semua tidak akan pernah terwujud. Setelah ditinggal bapaknya, berseling 5 tahun ibu Hilman pun pergi menyusul suaminya. Hilman hanya sebatang kara, semua sanak saudaranya menelantarkan ia karena factor ekonomi. Hanya engkong Dadi yang bersedia merawatnya, engkong begitu menyayangi Hilman seperti anaknya sendiri, aku salut pada engkong yang mau merawat Hilman walaupun keterbatasan ekonomi. Semenjak kejadian itu, Hilman berubah total bahkan aku sempat tidak mengenalnya lagi. Sesakit itukah hatinya?” Oca tidak dapat membendung air matanya.

“jadi begitu, kenapa ia tidak menceritakannya padaku. Bukankah kita sahabat? Tapi aku senang ia tidak melampiaskan kesakitan hatinya pada hal-hal yang negatif. Cinta dari kedua orangtuanya telah membuat Hilman menjadi sosok pria dan sahabat yang baik, iyakan.” Agus tersenyum.

Ternyata percakapan mereka terdengar oleh Hilman, ia merasa sangat terharu dan senang memiliki sahabat yang dapat menerima dengan segala kekurangannya. Mereka saling meminta maaf satu sama lain, berjanji tidak akan merahasiakan apapun lagi. Kejadian itu membuat mereka semakin kuat dan tegar bila setelah wisuda nanti mereka akan berpisah mengejar mimpi nya masing-masing. Mengetahui kebenarannya Stefani pun tetap menyukai Hilman, tidak peduli apa kebohongan yang ia lakukan. Tak disangka wanita blasteran Inggris-Bali tertarik pada pria ikan asin, seorang sarjana perikanan dan calon juragan ikan asih. Hehehee.



2 komentar: