Let's Act

ACT.id

Minggu, 12 Juni 2016

Modus Buah Mangga

Cerpen bergenre humor pertama yang saya bikin ini alhamdulillah terpilih menjadi salah satu cerita untuk dimasukkan dalam buku kumpulan cerpen dan puisi yang dicetak oleh Goresan Pena Publishing pada periode November 2014 (udah lama bgt yaa). Seneng rasanya bisa terpilih, karena ini karya cerpen humor pertama heheee. Tapi sayangnya saya lupa untuk beli buku kumpulan cerpennya, hikss :( dan sekarang baru nyari tau lagi. Entah apa GPP masih menjualnya atau tidak. Semoga terhibur...Selamat membaca ^.^
...........................................................
“duh..mana sih bus nya! Gak ada mulu, gak tau apa lagi buru-buru” sambil mengepalkan lengannya ke atas dan ke bawah yang menandakan rasa kekesalannya, Tuti akhirnya menyadari bahwa kini ia sedang berada di halte dengan beberapa orang disampingnya.

Terang saja apa yang ia lakukan barusan langsung menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitarnya. Setiap mata kini berpusat kepada dirinya. Tuti kini bak seorang putri yang baru saja turun dari dalam kereta kuda.
“sekarang aku baru tau rasanya menjadi pusat perhatian orang-orang. Rasanya tidak seperti tuan putri melainkan lebih pantas disebut seperti buronan!” usiknya dalan hati.

“pluuukkkk....!” terdengar seperti ada yang terjatuh
Tuti mencari asal suara itu dan ia senang karena suara tersebut berasal dari pohon mangga yang berada di samping kiri halte.
”wahh..mangganya udah mateng tuh. Ambil aja deh mubajir” Tuti menghampiri mangga yang terjatuh tadi
“Dukkk..!! Awww..!!” benturan kepala pun terjadi.

Saat hendak mengambil mangga, tak disangka seorang pria yang berasal dari arah yang berlawanan dengan Tuti ternyata mengincar mangga itu juga. Alih-alih mereka saling menyalahkan satu sama lain dan tidak mau mengalah. Sebagai solusi agar mangga tersebut berhak mendarat di perut siapa, mereka melakukan suatu perlombaan dan siapapun yang kalah harus merelakan mangga tersebut.

“oke, jadi mau lomba apa?” Tuti menerima ajakan pria itu
“bikin plesetan dari kata mangga, apapun itu yang pasti ada kata mangga nya. Yang paling banyak jawab benar dia yang menang. Gimana?” pria itu mengulurkan lengannya.
”siapa takut. Oke..” Tuti menerima jabatannya.
Perlombaan pun kini dimulai.

“mangga, mangga apa yang bisa bikin rusuh?” tanya pria tersebut
“wahhh kamu ngarang ya mas. Ya gak adalah mangga begituan”
“payah. Jawaban yang benar adalah Mangga Demo mbak. Hahahaaa....”
“hahaa mas gila yah, perasaan gak ada deh yang namanya mangga demo” Tuti terheran-heran, sambil terus mengabsen nama jenis-jenis mangga.
“gubrakkk..!!! Namanya juga plesetan, ya suka-suka dong. Giliran mbak sekarang”
“ohh gitu saya mengerti mas sekarang. Kalo gitu mas tau gak buah mangga apa yang mirip buah selain mangga?”
“lah..mbak gak ada yang kayak begitu. Jangan ngarang deh mbak” pria itu menggelengkan kepalanya
“ada mas. Namanya mangga apel. Wkwkwkkk...”
“wahhh mbak hebat juga yah. Sekarang giliran saya lagi”
“silahkan...”
“mbak, bapak nya bisa nyembuhin rasa gatal ya mbak?”
“iya, emang kenapa?”
“karena mbak telah mangga-ruk hati ku. Aww..aw...! Hohooo”
“mbak tau enggak mangga apa yang bisa bikin senang?” pria itupun melanjutkan pertanyaannya
“mangga yang rasanya manis. Iyakan?”
“hmmm...salah, jawabannya itu mbak, mang-ga (mau gak) jadi istri saya?”
“BANGETTT. Mang-ga nolak banget mas. Hahaa akhirnya aku punya calon suami juga” dengan sigap Tuti menjawab pertanyaan pria itu.

Mareka akhirnya pergi berdua melupakan mangga nya dan meninggalkan mangga itu sendiri di halte. Mangga yang tadi mereka perebutkan dan menjadi awal kisah cinta antara mereka. Mangga yang malang.

Cover Bukunya kek gini :-D
Dok. Goresan Pena Publishing



Tidak ada komentar:

Posting Komentar