Driver
artinya pengemudi atau supir, namun disini pengertian driver bukan hanya
sekedar supir taksi atau angkot melainkan pengendali atau dapat kita sebut juga
sebagai pengontrol bagi diri kita sendiri. Setiap orang memang memerlukan sosok
yang dapat mengontrol diri mereka agar tidak melakukan hal-hal yang kurang
baik. Contohnya saja sejak kita kecil, orang tua kita tidak pernah lupa untuk
selalu menasehati anak-anaknya. Pada masa itu orang tua kitalah yang menjadi
driver bagi diri kita, namun bagaimana jika mereka telah tiada dan kita hidup
sendiri? Mungkinkah orang lain yang notabennya tidak ada golongan darah dapat
menjadi driver bagi diri kita sendiri??
Pengendalian diri dibutuhkan agar
setiap orang dapat menentukan mana yang baik dan buruk. Sehingga mereka tidak
salah dalam memilih jalan mana yang mereka ambil. Pemilihan keputusan tersebut
bukanlah berasal dari orang lain, namun berasal dari diri kita sendiri karena
itu adalah kehidupan kita bukan oranglain. Sehingga untuk menemukan pilihan
yang terbaik, orang itu harusnya dapat menjadi seorang Driver yang handal agar
dapat mengemudikan dirinya sendiri dijalan yang benar dan selamat sampai
tujuan. Sikap pengendalian tersebut tidak terlepas dari sudut pandang islami,
dimana kita dapat menghubungkan segala kegiatan yang selanjutnya akan kita
ambil satu keputusan besar dengan dibekali pemikiran secara islami agar tidak
tersesat dan salah arah sesuai syariah.
Terlepas
dari diri kita, coba kita lihat diluar sana masih banyak anak muda yang salah
dalam memilih pergaulannya sendiri. Mengapa remaja yang merupakan aset bangsa
dapat terjerumus dalam pergaulan bebas yang tidak jauh dari barang-barang haram,
kemewahan, laki-laki, dan uang yang berlimpah? Naudzubillah. Mereka yang
memilih jalan tersebut acap kali mengilah bahwa keadaanlah yang membuat mereka
menjadi seperti itu. Baik karena keadaan ekonomi mereka yang serba kekurangan,
ataupun karena kurangnya kasih sayang dari orangtua mereka yang terlalu sibuk
dengan pekerjaannya. Padahal sejatinya kehidupan kita tidak lain dan tidak
bukan ditentukan oleh diri kita, mau separah atau sesulit apapun kehidupan ini
jika kita dapat berfikir logis dan membawa pemikiran kita ke jalan yang benar,
maka pergaulan bebas tidak akan menjadi keputusan terakhir untuk melampiaskan
segala kekecewaan kita.
“Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-rad : 11)
Dari ayat diatas kita dapat menilai
bahwa memang benar kehidupan kita dimasa mendatang ditentukan oleh diri kita
sendiri, baik dan buruknya kehidupan yang kita alami itulah yang sesuai dengan
diri kita. Sehingga jika kita ingin memiliki kehidupan yang baik dan dimuliakan
Allah swt. Maka kita harus mencari jalan menuju kemuliaan tersebut dengan cara
tetap mengendalikan diri kita pada jalan yang benar. Karena Allah akan selalu
memberikan kemuliaan bagi orang-orang yang memuliakan-Nya. Yang dimaksud kaum
dalam ayat tersebut adalah suatu komunitas dimana kita berada, berkumpul dan
melakukan kegiatan sosial lainnya. Dimana kita sebagai makhluk sosial tidak
dapat melupakan peranan mereka begitu saja dalam pengambilan keputusan, namun
tetap saja keputusan terbesar dan terakhir ada di tangan kita sendiri. Itulah mengapa
saya beranggapan bahwa kehidupan kita ditentukan oleh setiap
keputusan-keputusan yang kita ambil sendiri.
Polemik yang terjadi pada masa
sekarang terlebih dalam dunia remaja, dikarenakan adanya suatu perubahan dasar
yang dilakukan oleh diri mereka sendiri. Adanya pengaruh dari kebudayaan asing
pun menjadi salah satu pemicu terjadinya dinamika tersebut, dimana sudah mengglobalnya kehidupan atau
trend-trend barat di Indonesia. Dari mulai cara berpacaran, gaya hidup yang
serba mewah, kehidupan yang penuh dengan gemerlapnya cahaya malam, dan etika
yang semakin terlupakan. Jika sudah begitu maka adakah yang harus disalahkan,
siapa? Mungkinkah kita harus menyalahkan kondisi yang sedang terjadi atau kita
bisa sadar dan menyalahkan diri kita sendiri?? Yaa, kesalahannya ada di dalam
diri kita. Setiap manusia telah dibekali dengan akal pikiran yang berfungsi
untuk berpikir dan menentukan mana yang baik dan buruk. Dimana diri kita
memegang peranan penting dalam pengambilan akhir suatu keputusan.
Disamping
itu sebaiknya setiap orang harus selalu berpositif thinking, jangan memasukkan
pikiran-pikiran kita dengan hal-hal yang kurang baik, karena itu akan
mempengaruhi cara fikir dan sudut pandang kita terhadap suatu masalah yang
sedang dihadapi. Pemikiran yang baik tentu akan membawa kita pada tujuan yang
baik pula. Kita harus selalu memahami segala sesuatu yang terjadi pada diri
kita dan jangan menyerah pada keadaan. Katakan pada diri kita sendiri bahwa
kemiskinan tidak akan menjatuhkan kita dan kurangnya kasih sayang tidak akan
membuat kita haus akan buaian penuh kebohongan yang dapat membuat kita terlena
diluar sana. Kita harus dapat menjadikan kekurangan, kelemahan, kesedihan yang
kita alami sebagai motivasi bagi diri sendiri untuk menjadi lebih baik lagi.
Jika
kita memiliki kepribadian yang dibarengi dengan pengendalian diri yang baik
berbasis islami, maka kita dapat dengan mudah memilih keputusan mana yang
paling baik bagi diri kita sendiri. Pergaulan bebas yang kian melanda tidak
dapat menghancurkan benteng yang sudah terbentuk oleh iman, hati yang sepi
dapat kita isi dengan cinta-Nya, terus melaju dijalan yang lurus dan mulus
tanpa terjebak dalam lobang-lobang yang selalu ada disekitarnya. Dengan begitu
sudah pasti kebahagiaan dan kesuksesan yang akan datang menghampiri, karena
kita memiliki kekuatan untuk dapat mengontrol diri kita ‘driver’ sebagai kendaraan yang dapat melindungi kita dari
perbuatan yang akan menyesalkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar