Let's Act

ACT.id

Rabu, 03 Desember 2014

Menjadi ‘Islamic Driver’ Bagi Diri Sendiri Sebagai Langkah Awal Menuju Kesuksesan Yang Hakiki

Driver artinya pengemudi atau supir, namun disini pengertian driver bukan hanya sekedar supir taksi atau angkot melainkan pengendali atau dapat kita sebut juga sebagai pengontrol bagi diri kita sendiri. Setiap orang memang memerlukan sosok yang dapat mengontrol diri mereka agar tidak melakukan hal-hal yang kurang baik. Contohnya saja sejak kita kecil, orang tua kita tidak pernah lupa untuk selalu menasehati anak-anaknya. Pada masa itu orang tua kitalah yang menjadi driver bagi diri kita, namun bagaimana jika mereka telah tiada dan kita hidup sendiri? Mungkinkah orang lain yang notabennya tidak ada golongan darah dapat menjadi driver bagi diri kita sendiri??

            Pengendalian diri dibutuhkan agar setiap orang dapat menentukan mana yang baik dan buruk. Sehingga mereka tidak salah dalam memilih jalan mana yang mereka ambil. Pemilihan keputusan tersebut bukanlah berasal dari orang lain, namun berasal dari diri kita sendiri karena itu adalah kehidupan kita bukan oranglain. Sehingga untuk menemukan pilihan yang terbaik, orang itu harusnya dapat menjadi seorang Driver yang handal agar dapat mengemudikan dirinya sendiri dijalan yang benar dan selamat sampai tujuan. Sikap pengendalian tersebut tidak terlepas dari sudut pandang islami, dimana kita dapat menghubungkan segala kegiatan yang selanjutnya akan kita ambil satu keputusan besar dengan dibekali pemikiran secara islami agar tidak tersesat dan salah arah sesuai syariah.



Terlepas dari diri kita, coba kita lihat diluar sana masih banyak anak muda yang salah dalam memilih pergaulannya sendiri. Mengapa remaja yang merupakan aset bangsa dapat terjerumus dalam pergaulan bebas yang tidak jauh dari barang-barang haram, kemewahan, laki-laki, dan uang yang berlimpah? Naudzubillah. Mereka yang memilih jalan tersebut acap kali mengilah bahwa keadaanlah yang membuat mereka menjadi seperti itu. Baik karena keadaan ekonomi mereka yang serba kekurangan, ataupun karena kurangnya kasih sayang dari orangtua mereka yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Padahal sejatinya kehidupan kita tidak lain dan tidak bukan ditentukan oleh diri kita, mau separah atau sesulit apapun kehidupan ini jika kita dapat berfikir logis dan membawa pemikiran kita ke jalan yang benar, maka pergaulan bebas tidak akan menjadi keputusan terakhir untuk melampiaskan segala kekecewaan kita.

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-rad : 11)

            Dari ayat diatas kita dapat menilai bahwa memang benar kehidupan kita dimasa mendatang ditentukan oleh diri kita sendiri, baik dan buruknya kehidupan yang kita alami itulah yang sesuai dengan diri kita. Sehingga jika kita ingin memiliki kehidupan yang baik dan dimuliakan Allah swt. Maka kita harus mencari jalan menuju kemuliaan tersebut dengan cara tetap mengendalikan diri kita pada jalan yang benar. Karena Allah akan selalu memberikan kemuliaan bagi orang-orang yang memuliakan-Nya. Yang dimaksud kaum dalam ayat tersebut adalah suatu komunitas dimana kita berada, berkumpul dan melakukan kegiatan sosial lainnya. Dimana kita sebagai makhluk sosial tidak dapat melupakan peranan mereka begitu saja dalam pengambilan keputusan, namun tetap saja keputusan terbesar dan terakhir ada di tangan kita sendiri. Itulah mengapa saya beranggapan bahwa kehidupan kita ditentukan oleh setiap keputusan-keputusan yang kita ambil sendiri.

            Polemik yang terjadi pada masa sekarang terlebih dalam dunia remaja, dikarenakan adanya suatu perubahan dasar yang dilakukan oleh diri mereka sendiri. Adanya pengaruh dari kebudayaan asing pun menjadi salah satu pemicu terjadinya dinamika tersebut, dimana sudah mengglobalnya kehidupan atau trend-trend barat di Indonesia. Dari mulai cara berpacaran, gaya hidup yang serba mewah, kehidupan yang penuh dengan gemerlapnya cahaya malam, dan etika yang semakin terlupakan. Jika sudah begitu maka adakah yang harus disalahkan, siapa? Mungkinkah kita harus menyalahkan kondisi yang sedang terjadi atau kita bisa sadar dan menyalahkan diri kita sendiri?? Yaa, kesalahannya ada di dalam diri kita. Setiap manusia telah dibekali dengan akal pikiran yang berfungsi untuk berpikir dan menentukan mana yang baik dan buruk. Dimana diri kita memegang peranan penting dalam pengambilan akhir suatu keputusan.

Disamping itu sebaiknya setiap orang harus selalu berpositif thinking, jangan memasukkan pikiran-pikiran kita dengan hal-hal yang kurang baik, karena itu akan mempengaruhi cara fikir dan sudut pandang kita terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi. Pemikiran yang baik tentu akan membawa kita pada tujuan yang baik pula. Kita harus selalu memahami segala sesuatu yang terjadi pada diri kita dan jangan menyerah pada keadaan. Katakan pada diri kita sendiri bahwa kemiskinan tidak akan menjatuhkan kita dan kurangnya kasih sayang tidak akan membuat kita haus akan buaian penuh kebohongan yang dapat membuat kita terlena diluar sana. Kita harus dapat menjadikan kekurangan, kelemahan, kesedihan yang kita alami sebagai motivasi bagi diri sendiri untuk menjadi lebih baik lagi.


Jika kita memiliki kepribadian yang dibarengi dengan pengendalian diri yang baik berbasis islami, maka kita dapat dengan mudah memilih keputusan mana yang paling baik bagi diri kita sendiri. Pergaulan bebas yang kian melanda tidak dapat menghancurkan benteng yang sudah terbentuk oleh iman, hati yang sepi dapat kita isi dengan cinta-Nya, terus melaju dijalan yang lurus dan mulus tanpa terjebak dalam lobang-lobang yang selalu ada disekitarnya. Dengan begitu sudah pasti kebahagiaan dan kesuksesan yang akan datang menghampiri, karena kita memiliki kekuatan untuk dapat mengontrol diri kita ‘driver’ sebagai kendaraan yang dapat melindungi kita dari perbuatan yang akan menyesalkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar